KESEHATAN MENTAL
Fenomena Agresi pada
Pelajar

Disusun Oleh:
Irfan Azhar
14513473
2PA07
Dosen Pembimbing:
Puti Anggraini
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
BAB I
Latar Belakang
Tawuran
antar pelajar atau mahasiswa, sepertinya sudah menjadi kegiatan rutin para
pelajar atau mahasiswa di Indonesia. Tawuran layaknya penyaluran identitas diri
akan kemampuan dan kebanggannya terhadap diri sendiri, kelompok, atau
almamater. Mereka tidak memikirkan buruknya berkelahi atau tawuran. Mereka
hanya memikirkan kepentingan sesaat “Inilah Aku”.
Tawuran
pelajar bukan hal yang bisa dianggap enteng,tawuran pelajar sekarang tidak
hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan juga menjalar ke daerah-daerah.Permasalahan
remeh dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian
massal dan tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam,senjata api, bahkan
akhir-akhir ini banyak pelajar menggunakan bahan kimia seperti air keras sebagai
senjatanya.
Dewasa
ini,kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang
dilakukan oleh para remaja.Hal
ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa
melakukan hal-hal yang bersifat anarkisme dan premanisme.Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu
sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Disini
penulis akan membahas faktor-faktor penyebab terjadinya tawuran yang sering
terjadi pada kalangan pelajar sma di jakarta,dan bagaimana cara mengatasi
gangguan psikologi yang ada di dalam kasus tawuran pelajar ini dan berkaitan
dengan kasus ini dengan teori psikologinya.
Penulis
tertarik dengan kasus ini karena dalam kasus ini menceritakan tentang kenakalan
masa remaja saat ini yaitu tawuran antar sekolah di akibatkan dengan adanya
sebuah geng atau kumpulan-kumpulan remaja yang ada di dalam lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah.
BAB
2
Landasan Teori
Dari
artikel diatas tawuran merupakan momok yang menakutkan bagi kita. Tawuran
pelajar merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sangat marak terjadi
dikota -kota besar. Permasalahan kecil yang dapat menyulut pertengkaran
individual yang berlanjut menjadi perkelaian masal dan tak jarang melibatkan
penggunaan senjata tajam atau bahkan senjata api. Banyak korban yang
berjatuhan, baik karena luka ringan, luka berat, bakan tidak jarang terjadi
kematian. Tawuran ini juga membawa dendam berkepanjangan bagi para pelaku yang terlibat
didalamnya dan sering berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan turun temurun
kepada alumni yang di tinggal kan.
Hal
ini tentunya merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Generasi yang kita
diharapkan mampu membawa perubahan bangsa kearah yang lebih, baik ternyata jauh
dari yang kita harapkan. Kondisi ini dapat membawa dampak buruk bagi masa depan
bangsa. Lickona menyebutkan beberapa tanda dari perilaku manusia yang
menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa antara lain meningkatnya kekerasan dikalangan
remaja, pengaruh kelompok sebaya terhadap tindakan kekerasan, dan semakin
kaburnya pedoman moral.
Pengertian
Tawuran dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai
perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang
manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian
yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan
oleh orang yang sedang belajarSecara psikologis, perkelahian yang melibatkan
pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik:
Delikuensi
situasional adalah perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
Delikuensi sistematik,
para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu
atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa
pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana
dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup
kelompok teman sebayanya.
Faktor-
faktor yang menyebabkan tawuran pelajarBerikut ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
1. Faktor
Internal
Faktor
internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan
disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan
perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang
kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman
pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama
semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih
tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu
apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para
remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah
friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang
disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya
ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
2. Faktor
Eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individuFaktor KeluargaKeluarga
adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang
anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah
ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena
inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan
keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh
pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
A. Teori
Ideologi
Kekerasan
yang terjadi di masyarakat sangat dipengaruhi oleh ideologi. Kekerasan yang
sangat besar pengaruhnya mungkin saja hanya dilakukan oleh sekelompok kecil
orang yang memiliki ideologi berbeda. Perbedaan ideology antarkelompok kecil
dalam masyarakat dapat memunculkan kekerasan, apabila tidak ada media atau
wahana yang digunakan untuk menyalurkan peran sertanya dalam kelompok yang
lebih luas.
B. Teori
Agresi
Mengupas sebab adanya kekerasan atau agresi adalah dari
faktor biologis di luar kendali manusia yang disebabkan kondisi sosial,
politik, dan ekonomi yang diciptakan oleh manusia sendiri. Energi yang
mengumpul dan mengendap siap meledak, meski tanpa adanya stimulan. Dengan kata
lain, bahwa sebenarnya agresi sudah ada dan terpasang pada diri tiap manusia.
Sehingga dengan stimulan paling kecil pun, atau tanpa adanya stimulan, agresi tersebut
tetap akan mencari pelampiasan.
1.
Kronologi
Kasus
Sejumlah
siswa SMAN 6 mengacungkan jari tengah ke arah puluhan wartawan yang sedang
menggelar aksi di depan SMA 6, Jakarta (19/9). Aksi protes puluhan wartawan ini
terkait dengan pemukulan terhadap wartawan Trans7, Oktaviardi, yang sedang
meliput tawuran pelajar SMA 6 dengan SMA 70.
Jakarta - Tawuran antara siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri 6 dan SMAN 70 di bundaran Bulungan, Jakarta Selatan,
Senin, 24 September 2012, menyebabkan seorang siswa SMA 6 tewas. Menurut Kepala
Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Hermawan, siswa
SMA 70 menyerang lebih dulu ke siswa SMA 6. Siang pukul 12.00, kata dia,
murid-murid SMA 6 baru keluar dari sekolah. "Mereka baru habis
ujian," kata Hermawan, Senin, 24 September 2012.
Lima
murid SMA 6 makan gultik alias gulai tikungan. Tiba-tiba mereka diserang oleh
sekitar 20 siswa SMA 70. Tanpa adu mulut, mereka langsung menyerang. "Ada
yang bawa arit," kata dia. Kelima murid yang diserang kocar-kacir di
kawasan bundaran Bulungan itu. Ada dua guru SMA 6 yang melihat kejadian tersebut
dan membubarkan mereka. Tawuran berlangsung singkat, sekitar 15 menit.
Namun,
tawuran ini menyebabkan dua korban terluka dan satu korban terkena luka bacok
di bagian dada. Dia adalah Alawi, siswa kelas X SMA 6. Pelajar malang itu
sempat dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah, tapi nyawanya tak tertolong.
Sedangkan korban luka, satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di jari
tangan. Sebuah arit dengan noda darah, tertinggal di lokasi. Untuk mencocokkan
darah di arit dengan darah korban, barang bukti itu dibawa ke laboratorium
forensik Polri. Menurut Hermawan, polisi sudah memeriksa satu guru SMA 70, dua
guru SMA 6, dan dua saksi lainnya.
Sekarang,
polisi gabungan Polres dan Polsek masih mengawasi sekolah-sekolah itu untuk
antisipasi peristiwa susulan. Tawuran antara kedua siswa sekolah tersebut bukan
hanya kali ini terjadi. Mereka saling serang secara bergantian. Sudah berulang
kali mereka terlibat perkelahian. Kasus tawuran sebelumnya terjadi pada 26
Januari 2012 lalu, tapi saat itu tak ada korban tewas.
2.
Analisis
Kasus
Analisis berdasarkan
kasus diatas merupakan tawuran yang sering terjadi di antara kedua sekolah itu
bahkan di bilang sudah menjadi budaya bagi kedua sekolah itu adalah cara.
Setiap individu pasti memiliki kognitif atau cara berfikir yang berbeda dengan
orang lain begitupun pelajar,mereka memiliki cara-cara yang berbeda dalam
menginterpretasi,menganalisis,mengingat tentang dunia sosialnya, dunia sosial
disini berarti sekolah.
Ada
pelajar yang menyutujui tindakan kekerasan berupa tawuran ,namun ada pula
pelajar yang membenci dan tidak menyutujui tindakan kekerasan berupa
tawuran.ini semua tergantung bagaimana skema yang dimiliki setiap pelajar
tersebut. Skema adalah struktur mental yang membantu kita mengorganisasikan
informasi sosial dan menuntun pemerosesannya secara umum skema berkisar pada
suatu objek atau tema tertentu.
Gangguan kekerasan itu pun terjadi
karena adanya rasa dendam yang ada di SMA 6 dan SMA 70 dalam sekolah atau bisa
di bilang sudah menjadi budaya sekolah mereka pada hari jumat atau hari
kemenangan seperti lulusan,dan sehabis UN ,pada kekerasan itu terjadi dan
senjata pun menjadi senjata andalannya seperti
Kekerasan
yang terjadi di masyarakat sangat dipengaruhi oleh ideologi. Kekerasan yang sangat besar pengaruhnya mungkin saja hanya
dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang memiliki ideologi berbeda. Perbedaan
ideology antar kelompok kecil dalam lingkungan sekolah dapat memunculkan
kekerasan, apabila tidak ada media atau wahana yang digunakan untuk menyalurkan
peran sertanya dalam kelompok yang lebih luas.
Agresi juga merupakan dari faktor biologis di luar kendali manusia
yang disebabkan kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang diciptakan oleh
manusia sendiri. Energi yang mengumpul dan mengendap siap meledak, meski tanpa
adanya stimulan. Dengan kata lain, bahwa sebenarnya agresi sudah ada dan
terpasang pada diri tiap manusia. Sehingga dengan stimulan paling kecil pun,
atau tanpa adanya stimulan, agresi tersebut tetap akan mencari pelampiasan dan
biasanya siswa tawuran terjadi karena pada masa pelajar dimana suatu siswa
dengan siswa lain akan mencari jati dirinya dan menujukan yang terbaik di depan
teman-temannya.Kejadian ini terjadi pada puku 12.00 SMA 6 baru keluar dari
sekolah ada dua guru SMA 6 yang melihat kejadian
tersebut dan membubarkan mereka. Tawuran berlangsung singkat, sekitar 15
menit.Namun, tawuran ini menyebabkan dua korban terluka dan satu korban terkena
luka bacok di bagian dada. Dia adalah Alawi, siswa kelas X SMA 6. Pelajar
malang itu sempat dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah, tapi nyawanya tak
tertolong. Sedangkan korban luka, satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di
jari tangan. Sebuah arit dengan noda darah, tertinggal di lokasi. Untuk
mencocokkan darah di arit dengan darah korban, barang bukti itu dibawa ke
laboratorium forensik .
BAB
3
Penutup
1.
Kesimpulan
Tawuran pelajar yang sering terjadi, sepertinya sudah
menjadi kegiatan rutin para pelajar atau mahasiswa di Indonesia. Tawuran
layaknya penyaluran identitas diri akan kemampuan dan kebanggannya terhadap
diri sendiri, kelompok, atau almamater. Mereka tidak memikirkan buruknya
berkelahi atau tawuran dan mereka hanya memikirkan kepentingan sesaat.
Perkelahian yang melibatkan pelajar usia
remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
Kenakalan
remaja hingga menimbulkan tawuran antar pelajar di sebabkan oleh suatu dorongan
pergaulan dengan solidaritas yang tinggi namun memiliki tujuan yang salah dan
melenceng dari norma dan etika sekitar, problematika umum tentang senioritas di sekolah juga berpengaruh terutama
kepada murid-murid baru.
2.
Saran
Memberi
kesempatan kepada para pelajar untuk mengembangkan bakatnya masing-masing di
dalam kegiatan sekolah seperti mengikuti ekstrakulikuler dan bisa juga menjadi
anggota osis hal ini sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang
positif setelah kegiatan belajar di sekolah usai dan akan memberikan reward (
penghargaan ) terhadap siswa-siswi yang berprestasi. Agar memacu murid lain
untuk mencetak prestasi yang jauh lebih baik lagi.
Antara pihak
sekolah dan pihak yang berwajib juga harus ikut turun tangan dalam masa tawuran
antar sekolah ini dengan memberikan hukuman yang membuat jera para pengikut
tawuran tersebut hukuman skors tidak membuat para pengikut tawuran itu menjadi
jera, pihak yang berwajib bisa mensosialisasikan bahaya mengikuti tawuran
dengan cara datang ke sekolah dan pihak sekolah pun harus memberikan sanksi
yaitu berupa tidak naik kelas atau drop
out.
Masyarakat
pun harus berperan serta dalam meningkatkan keamanan guna mengantisipasi
keributan antar pelajar, peningkatan kasus tawuran pelajar membuat KPAI (Komisi
Perlindungan Anak Indonesia) menyatakan untuk segera mewujudkan “Sekolah Ramah
Anak” , agar tidak semakin merajalela kasus tawuran pelajar ini dan masyarakat
pun harus berperan serta dalam meningkatkan keamanan guna mengantisipasi
keributan antar pelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Agung., Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta Jakarta, 2006
Soetomo,
Masalah sosial dan Upaya pemecahannya:
Pustaka pelajar, 2011
Gramedia
Pustaka Utama, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta, 2008